"Besok aku akan memulai kebun bunga itu," gumam Liora sambil memandang sepetak tanah kosong di samping pondoknya. Ia sudah berkata begitu selama berbulan-bulan, tetapi kebun bunga itu tetap hanya bayangan dalam pikirannya.
Suatu pagi, seorang pengelana tua bernama Cyrus datang ke desa itu. Wajahnya penuh kerutan, tetapi matanya bersinar dengan semangat hidup yang menggelora. Ia membawa sebuah lira kecil, dan sepanjang perjalanan, ia bernyanyi dengan nada-nada ceria. Saat melewati pondok Liora, Cyrus berhenti.
"Kau tampak termenung, anak muda," kata Cyrus sambil tersenyum. "Apa yang kau pikirkan?"
Liora mengangkat bahu. "Aku ingin membuat kebun bunga, tetapi kurasa aku akan memulainya besok."
Cyrus tertawa kecil, suaranya menggema seperti nyanyian burung. "Ah, besok. Kata yang selalu dipuja-puja, tetapi sering mengecewakan. Apa yang membuatmu menunggu?"
"Aku ingin melakukannya saat aku benar-benar siap," jawab Liora. "Aku masih ragu apakah aku bisa melakukannya dengan baik."
Cyrus duduk di atas batu besar di dekat Liora. Ia memetik liranya dan memainkan melodi yang lembut. "Liora, tahukah kau apa yang kupelajari dari perjalanan panjangku? Hidup ini seperti alunan musik. Kau tidak bisa menunggu nada sempurna untuk memulai. Kau hanya perlu bermain, dan biarkan harmoni tercipta di tengah ketidaksempurnaan."
Liora menatapnya, bingung. "Maksudmu?"
Cyrus berhenti bermain dan menatap pemuda itu dengan tatapan lembut. "Kita tidak tahu apakah kita punya besok. Tetapi kita punya hari ini, saat ini. Kenapa tidak kau gunakan waktu yang ada untuk memulai kebun bungamu sekarang?"
Kata-kata itu menghantam Liora seperti petir di siang bolong. Ia menyadari bahwa selama ini ia terlalu takut gagal sehingga terus menunda-nunda. Dengan semangat baru, ia berdiri dan berkata, "Baiklah, aku akan mulai sekarang."
Cyrus tersenyum lebar. "Itulah semangatnya! Aku akan membantumu."
Mereka bekerja sepanjang hari. Liora mencangkul tanah, menanam benih, dan menyiramnya dengan air dari sungai terdekat. Cyrus menemani dengan liranya, memainkan lagu-lagu yang penuh semangat, membuat pekerjaan terasa seperti sebuah tarian. Ketika matahari mulai terbenam, sepetak tanah kosong itu telah berubah menjadi kebun kecil yang tertata rapi.
"Lihatlah," kata Cyrus sambil menunjuk ke arah kebun. "Kau telah menciptakan sesuatu yang indah, dan kau melakukannya hari ini, bukan besok."
Liora tersenyum lelah tetapi puas. "Kau benar. Aku selalu menunda karena takut gagal. Tetapi sekarang aku sadar, memulai adalah langkah pertama untuk meraih apa pun."
Cyrus berdiri dan mengangkat liranya. "Ingatlah, Liora, hidup ini adalah tentang hari ini. Raihlah saat ini, karena waktu tidak menunggu siapa pun." Ia melangkah pergi, meninggalkan Liora dengan kebun barunya dan pelajaran yang akan ia ingat seumur hidup.
Minggu-minggu berlalu, dan kebun bunga Liora mulai bermekaran. Orang-orang dari desa lain datang untuk melihat keindahannya. Liora pun merasa bahwa setiap hari adalah hadiah yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ia tidak lagi menunda-nunda, karena ia tahu, hidup ini terlalu singkat untuk menunggu.
Dan di setiap hembusan angin yang melewati kebunnya, Liora merasa seperti mendengar suara liranya Cyrus, berbisik lembut:
"Raihlah hari ini, dan percayalah sedikit mungkin pada hari esok."